Rabu, 03 Agustus 2011

Jeruk Purut Bisa untuk Melawan Kanker

TEMPO Interaktif, Yogyakarta - Jangan remehkan jeruk purut. Buah yang sering dianggap tak banyak gunanya ini ternyata bisa menjadi obat untuk melawan kanker.

Herwandani Putri, mahasiswa farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), berhasil menemukan cara untuk mencegah penurunan sistem kekebalan tubuh atau imunosupresi pada penderita kanker. Ia meneliti bahan obat-obat alami yang murah sekaligus mudah ditemui di sekitarnya sebagai padanan obat doxorubicin yang harus didatangkan dari luar negeri.

Wanita kelahiran 28 Desember 1989 ini memilih kulit jeruk purut sebagai bahan penelitian. “Setelah diteliti kulit jeruk purut mengandung senyawa naringenin dan hespiridin, sebagai antioksidan meningkatkan sistem imun dan pendamping kemoterapi kanker,” katanya dalam rilis yang diterima Tempo. Akhir Juli lalu penelitian ini diikutsertakan dalam kegiatan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional di Makassar.

Sebelumnya Putri yang tergabung dalam kelompok studi cancer cemopreventation telah memilih berbagai kulit buah jeruk untuk diteliti, seperti jeruk keprok, jeruk nipis, dan jeruk bali. Namun pilihan jatuh kepada jeruk purut yang mengandung dua senyawa yang efektif mencegah penurunan kekebalan tubuh. “Konsentrasi senyawa paling tinggi ada di kulit jeruk purut,” katanya.

Untuk mendapatkan senyawa tertentu dari dari kulit jeruk tidaklah mudah. Putri menjelaskan langkah-langkahnya. Awalnya kulit jeruk dikupas dan dikeringkan di dalam oven. Setelah itu dihaluskan dengan menggunakan metode penyerbukan dan dilakukan ekstraksi dengan menambahkan etanol sebagai pelarut.

Dari 500 gram serbuk yang dihaluskan bisa didapatkan 100 gram ekstrak jeruk purut. Nah, hasil ekstraksi itu yang diuji pada tikus. Hasilnya menggembirakan. Jeruk purut terbukti mampu mencegah penurunan jumlah sel darah putih. “Jika ditambah ekstrak, jumlah sel darah putih turunnya tidak sebanyak jika tidak menggunakan (ekstrak),” katanya.

Putri mengaku penelitian yang dilakukannya masih tahap awal sebelum diimplementasikan pada manusia. “Ke depan ekstraknya akan bisa dikonsumsi, berupa obat bagi mereka yang menjalankan kemoterapi kanker,” kata Putri yang mendapatkan bantuan penelitian ini dari Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. Ia berharap suatu saat obat penderita kanker bisa dibuat di dalam negeri.

Kanker merupakan penyebab kematian tertinggi nomor tujuh di Indonesia. Saat ini telah banyak cara pengobatan kanker, salah satunya kemoterapi. Jenis terapi ini yang paling umum digunakan untuk mengobati kanker. Adapun agen kemoterapi yang sering dijadikan pilihan kemoterapi adalah doxorubicin. Namun penggunaan obat ini dapat menimbulkan berbagi efek samping, antara lain kerontokan rambut, kardiotoksisitas, dan penurunan sistem imun.

0 komentar:

Posting Komentar